IPTA dan IPTS

Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket

Hakikat Cinta di Mata Ahli Ketuhanan

Kata al-Hub (Cinta) sebagaimana ujaran para ahli ketuhanan, terdiri atas dua huruf Ha’ dan Ba’. Huruf Ha’ mengisyaratkan Roh sedang huruf Ba’ mengisyaratkan Tubuh. Seorang pencinta sejati, tidak akan pernah menyimpan atau menyembunyikan hati dan tubuhnya kepada sang pujaan hati.

Al-Quran berpesan,
Maksudnya: “Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad daripada agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaumyag Allah menyintai mereka, dan mereka pun menyintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut pada celaan orang yang suka mencela. Itulah kurniaan Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui". al-Maidah:ayat 54

Penjelasan kandungan ayat al-Quran tersebut adalah: Bahawasanya orang-orang yang tulus dan jernih mewajahkan rasa cintanya kepada Allah, perilakunya tidak akan keluar daripada nilai-nilai ajaran agama Allah, serta keyakinannya utuh hanya kepada Allah. Rasa cintanya akan meningkat, keyakinan tulusnya akan tetap tumbuh dengan teguh. Allah Azza Wa Jalla mencintai para hamba-Nya yang taat.

Wajah cinta Allah kepada hamba-Nya diwujubkan dengan bentuk rahmat, kasih saying, kelembutan kasih, kebaikan dan apresiasi kepada hamba tersebut, seperti halnya bentuk kecintaan seorang hamba kepada Allah yang ditunjukkan dalam bentuk penuaian segenap amar perintah-Nya, sepanjang waktu dalam apa keadaan sekalipun. Para ahli ketuhanan menitip kata-kata khidhir as: Sesungguhnya para pelaku zuhud di dunia ini, mereka menjadikan redha Allah sebagai baju mereka, dan cinta Allah sebagai alas tidur mereka.

Seorang ahli hikmah menjelaskan: Janganlah kau berharap mampu mencintai Allah sedangkan dalam syakilah hatimu masih ada rasa untuk mencintai harta dan kedudukan. Sufi agong bernama Hatim al-Asham mengatakan: Barangsiapa mendakwa telah mencintai Allah, sementara ia tidak menyertai ‘laku’ cintanya dengan perilaku, serta menjauhkan dirinya daripada segenap larangan Allah, ia sejatiya adalah pembohong dalam erti yang sesungguhnya. Barangsiapa yang mendakwa mencintai syurga, tanpa di sertai perilaku kedermawanan, yakni menafkahkan harta yang dimilikinya di jalan Allah, ia adalah pembohong. Barangsiapa yang mendakwa menyintai Muhammad Rasulullah saw, tanpa memilki cintaan kepada kaum fakir dan miskin, ia adalah pendusta.Para ahli ketuhanan sangat jernih dalam mewajahkan rasa cinta mereka kepada Allah, tidak ada sedikitpun dalam syakilah hati mereka, hasrat dan keinginan utuk menyintai sesuatu selain Allah. Seseorang yang tulis ikhlas mencintai Allah, akan berbuah cinta Allah kepada dirinya. Al-Quran menyebut pesanan Allah Azza Wa Jalla kepada Musa as:

Maksudnya: “Dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang daripadaKu, dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasaanKu”.Taha: ayat 39

Seterusnya Allah berkata kepada Musa as: Aku sungguh telah mencintaimu wahai Musa, kerananya Aku semaikan (taburkan) rasa cinta dalam hati setiap manusia untuk mencintai dirimu. Wajah cinta para ahli tarikat selalu bertaburkan kedamaian, ketenteraman dan kesyahduan iman, yang demikian itu tiang pancang cinta mereka adalah Allah Azza Wa Jalla. Dan ternyata wujud kecintaan para ahli Allah itu, adalah tidak pernah alpa sekelip pun berzikir (mengingati) Allah, di mana, bila dan dalam situasi apa sekalipun, kerananya kecintaan mereka adalah tanpa batas, sebuah rasa cinta yang menembus dimensi ruang dan waktu.

Lantas seperti apakah ‘bentuk’ (laku) cinta ahli ketuhanan kepada Allah dan sesama insan? Seperti apa pula ekspresi cinta mereka dalam kehidupan nyata ini. Para ahli ketuhanan tidak menabur janji manis untuk mengungkapkan cinta mereka, tidak sentimental dalam mengekspresikan cinta mereka dan tidak mentafsir cinta dengan bahasa biologi. Sebab wajah cinta mereka tidak berbungkus kepentingan pragmatisme duniawi atau berlumur riak-riak nafsu.

Wajah cinta yang benar-benar murni dan tulus untuk menggapai keredhaan Allah, yang di tunjukkan dalam kepatuhan, ketaatan dan kebaktian yang utuh kepada Allah, penuh kasih sayang, kesantunan, dermawan dan kepedulian sesama insan. Semua kebaikannya diniatkan untuk Allah semata-mata. Berkaitan rasa cinta ini, seorang ahli sufi menjelaskan: Untuk mendapat lisan bibir yang menawan, ucapkanlah kata-kata kebaikan. Untuk mendapatkan mata yang indah, carilah kebaikan pada setiap insan. Untuk mendapatkan tubuh yang baik dan sihat, berkongsilah makanan dengan mereka yang kelaparan. Untuk mendapatkan kepercayaan diri, berjalanlah dengan ilmu pengetahuan. Itulah wajah laku cinta para ahli ketuhanan . Rasa cinta mereka berlandaskan nilai-nilai luhur kebaikan, bukan pada bualan yang memperdaya atau janji manis atau utopia. Rasa cinta mereka berlandaskan hati suci dan jiwa jernih, ditunjukkan dalam karimah akhlak moral yang baik di setiap wacana hidup dan kehidupan. Karimah akhlak adalah pintu gerbang menuju hati setiap insan, sebuah orgen di mana cinta bersemayam.

kisah Cinta Dalam Al-Quran
Tuan Guru Nik Abdul Aziz Nik Mat

No comments: